Tuesday, March 20, 2007

Kudu gimana yah? Aa rajin nglamungin neng nih...


Date: Mon, 19 Mar 2007 08:12:18 -0700 (PDT)
From: "Fahmi Utun"
Add to Address Book Add Mobile Alert
Subject: Kudu gimana yah? Aa rajin melamunkan neng nih...
To: astrid.rahayu


Malam ini udara dingin kembali menyelimuti areal
perbukitan. Mana angin sejuk mendesis mencoba buat
menembusi dinding2. Wihihih neng as3. Aa smp simbutan.
Mana gelas kopi dah lama kosong. Klo neguk kopi panas
tentunya selain nyaman juga rasanya gak akan sedingin
ini. Mo beranjak ke dapur rasanya males bener. Untung
2 pics mojang jelita selalu setia menebar senyum
cantik manis legit. Sayang pics itu gak bisa bantu
seduhin kopi buat aa ya. Makanya aa jadi iseng aja
meneliti files awal. Membaca-baca sejenak lalu aa
pilih mana yang sekiranya pantas aa berbagi dengan
wanoja jelita pemilik senyum pics yang mempesona.
Entahlah neng, namun di cuaca dingin begini, hati aa
jadi trenyuh, sambil menduga duga sekira apa yang
tengah neng lakukan di Pwk. Aa melamunkan neng ya???
--------------------------
Semalam saya keluar dari Ranch Market jam 8.30. Hujan
deras. Petugas Ranch Market setengah berlari
mendorong trolly berisi barang-barang belanjaan saya.
Saya juga berlari-lari kecil menjajari langkahnya
menuju mobil. Saya membukakan bagasi dan petugas
memindahkan barang-barang belanjaan saya. Seorang
penjaja kue semprong mendekati kami.
Memang setahu saya banyak penjaja kue semprong disana
menjajakan barang dagangannya dengan sedikit memaksa.
Karena terlalu biasa saya tidak mengacuhkannya,
apalagi di hujan deras seperti ini. Setelah memberikan
tip saya masuk mobil, namun masih saya dengar ucapan
penjaja kue semprong tersebut,
'Bu, beli kue semprongnya untuk ongkos pulang ke
Tangerang". Didalam mobil saya berpikir saya kasih
uang saja karena penganan yang saya beli di
supermarket sudah cukup banyak, bagaimana jika tidak
ada yang menghabiskannya. Nanti jatuhnya mubazir.

Saya memang lebih suka dengan para penjaja kue seperti
ini ketimbang pengemis. Pelajaran berharga yang pernah
saya dapat dari mantan bos saya sembilan tahun lalu.
Masih teringat ucapannya ketika itu kami berdiskusi di
kantor. "Coba kalau ada penjaja makanan atau barang
dan pengemis dilampu merah mana yang kamu berikan
uang?, tanyanya. Belum sampai kami menjawab, ia
berkata lagi "pasti yang kamu berikan uang si pengemis
itu dan penjaja makanan atau barang itu kamu acuhkan".

Secara serempak kami mengiyakan. "coba pikirkan lagi,
si pengemis itu pemalas tidak bermoral, kenapa kita
kasih uang, sementara si penjaja makanan ataupun
barang punya harga diri, dan pastinya secara pribadi
lebih baik dari si pengemis, lalu kenapa kita tidak
membeli barang dagangan si penjaja makanan atau
barang tersebut? Teman saya nyeletuk, "karena kita
ngga butuh". Mantan bos saya bergumam, "Ya betul
karena kita tidak butuh".

Obrolan itu begitu singkat, tapi begitu mengena di
hati saya. Pak Teddy membuka mata hati saya untuk
lebih bijaksana dalam melihat suatu persoalan, bukan
hanya berpikir praktis saja. Dan sejak itu saya lebih
memberi perhatian kepada para penjaja makanan atau
barang di jalanan dibandingkan para pengemis.

Penjaja jual kue semprong itu masih dengan setia
menanti disisi mobil saya. Saya menghela nafas. Bukan
karena tidak rela berbagi rejeki tapi karena
menyesali banyak sekali penganan yang sudah saya beli
tadi. Akhirnya saya membuka kaca, " Pak, saya tidak
mau beli kue semprongnya, tapi kalau bapak saya beri
uang mau tidak?". Tidak dinyana penjaja kue semprong
itu menggelengkan kepalanya dan pergi dengan cepatnya
dari sisi mobil saya. Saya tersentak dan menutup kaca
jendela, hujan mengguyur deras dan membanjiri sisi
kaca dalam mobil saya karena berbicara dengan si
penjaja kue semprong.

Beberapa detik saya kehilangan daya ingat saya, karena
tidak menyangka ucapan yang keluar dari penjaja kue
semprong tadi. Sembilan tahun saya telah lebih memberi
perhatian kepada para penjaja makanan ataupun barang
dibanding pengemis. Sesekali jika saya tidak butuh
barang mereka, selalu saya ucapkan kalimat tadi, dan
hampir semuanya tidak pernah menolak pemberian saya.
Baru kali ini ada yang menolaknya. Baru kali ini ...

Hujan mengguyur makin deras dan saya masih terpaku di
mobil, terbayang ucapannya "untuk ongkos pulang ke
Tangerang.." sementara total nilai belanjaan saya tadi
mungkin bisa untuk ongkos pulang Bapak penjaja kue
semprong selama tiga bulan. Tersentak saya
mencari-cari bayangan penjaja kue semprong ditengah
kabut dari derasnya hujan, terlihat pikulannya ada di
pinggir teras sebuah toko tutup.
Penjajanya duduk dibawah dengan muka pasrah. Saya
mundurkan mobil menuju kearahnya. Kembali saya buka
kaca jendela sebelah kiri ditengah guyuran hujan dan
menjerit, "Pak, memang harganya berapa?".
Ia menyebutkan sejumlah harga yang sangat murah.
Akhirnya saya katakan, "ya sudah deh beli satu". Dia
mebawa kue semprong pesanan saya didalam plastik.
Sampai di mobil, saya serahkan uang, dan dia bengong
karena saya tidak menyerahkan uang pas. Saya tau dia
pasti bingung memikirkan kembaliannya, tapi dengan
cepat saya katakan, "kembaliannya ambil buat Bapak
saja". Dia bengong. "ambil saja Pak, ini rejeki Bapak,
memang hak Bapak". Dia meneguk ludah, sebelum sempat
dia mengucapkan apa-apa saya langsung menutup kaca
mobil dan pergi.

Tiba-tiba air mata ini mengalir deras melebihi
derasnya hujan diluar sana. Kalau Bapak itu tidak
menerimanya, saya tidak tahu seberapa sakitnya hati
saya, karena didalam rejeki saya ada hak mereka
termasuk hak Bapak penjaja kue semprong itu. Tiap
bulan memang selalu saya sisihkan buat mereka, tapi
mengetahui bahwa saya telah memberikan betul-betul
kepada orang yang berhak menerimanya, betul-betul
kepada orang yang berhati mulia, dan betul-betul
kepada orang yang membutuhkannya, betul-betul membuat
saya merasa hidup saya begitu bermakna dan saya sangat
bersyukur atas rahmat-Nya.

Ditengah leher saya yang sakit sekali karena tercekat,
saya berdoa kepada Allah agar Bapak penjaja kue
semprong tersebut dan keluarganya diberikan rahmat,
kemurahan rezeki dan kemudahan hidup oleh Allah.
Dan saya bersyukur atas segala rahmat dan kemudahan
hidup yang diberikan Allah kepada saya dan keluarga
saya.

Hujan masih deras mengguyur kaca mobil. Mudah-mudahan
hujan cepat reda supaya bapak penjaja kue semprong
tadi bisa pulang tanpa kehujanan.

No comments: