Saturday, December 09, 2006

Purba Astri & Fahmi Disarung?





Suka aneh2 aja, aku kok kudu mau kerja di kawasan Nyalindung buat mimpin bikin lahan perkebunan.
Gak terbayangkan kayak apa kian sepinya hari2 yang harus kulalui. Dibenakku Nyalindung itu lokasinya jauh di pedalaman Kabupaten Sukabumi. Klo ditarik garis kompas mungkin aja sejauh ke Pelabuhan Ratu, daerah wisata bahari yang tentunya banyak pemandangan dan 'pemandangin' pating saliwer. Padahal selama 8 bulan gawe di bukit Bluwek aja gak karu2an katalangsaranya. Klo aja boleh cengeng dan infantil maka sejak 3 bulan pertama aku tentunya sudah merat balik ke Jakarta meneruskan gawe serabutan apa saja yang penting bisa dapet duit secara halalan thayyiban. Kayaknya kehadiran Nani Astuti mojang Brebes Sarjana Pertanian alumnus IPB itu banyak membantuku lahir bathinku. Mana suka banget minta perlindungan apa saja sambil ngeprik agar aku ikut pendidikan pasca sarjana di UI, mengikuti jejaknya yang tengah menyelesaikan thesis nya. Tapi yang bikin aku keder, setamat S-2 nurustunjung dianya akan terbang ke Monash buat ambil Ph.D.

Tapi kan biar kasebutnya monyet2 juga aku masih satu pemimpin kelompok 12 orang yang harus menitipkan diri kepada sekelompok besar para pengebon lainnya yang sudah teratur organisasinya.
Ada 1 juragan kebon yang mewakili pemilik, ada 5 mandor, ada 10 juru arit, ada belasan juru petik, ada belasan juru panggul dan apa puluhan anak2 kecil sebagai produksi sampingan para petani kembang dan sayuran itu. Namanya juga anak kecil yang hatinya bahagia karena berkesempatan tinggal dan sekolah di areal perkebunan. Hobbi mereka klo gak main bal, ngalap dangdeur, ikut ngangon kerbau atau kambing tetangga kampung. Malam harinya pada rame2 nonton tipi sambil tidur2an melingker kayak uler dipinggir pager, lantas pada tidur betulan saling rangkul.
Ketika Nani hadir maka Malaikat2 Kecil di surau yang kami dirikan secara swadaya dan gotong royong itu, juga menjadi sasana buat belajar BTA (baca tulis al-Quran). Berkat usaha pengajaran kecil2an itu akhirnya menggugah para pendidik dan pemuka agama di kecamatan untuk turut hadir lalu pada menyumbangkan kemampuan dan kebolehan mereka. Kami senang saja saling berbagi apa saja buat silaturahmi. Yah harus diakui betapapun satu sosok wadon ternyata mampu menggeser kehadiran sebelas sosok lanang bujangan seperti kami para kuli pacul ini. Sssttt jaga rhs ya, sesungguhnya Nani itu takut dipelet sesepuh desa seperti sebelumnya sempat digodai habis2an oleh juragan Beno bujang lapuk yang genjul itu. Nani naik pamornya setelah mengemplang kepala Beno dengan sebatang rancatan di areal kamar mandi pada saat Nani masih kembenan handuk. Hehehe, hebatnya dianya gak takut menghadapi situasi krusial. Misalnya handuknya melorot habis2an saat mengemplang Beno. Meskipun dianya selalu berpekik manja saat kami ingatkan kembali akan peristiwa itu. Hihihi, dasar wadon tenan. Begitupun sekali kemplang Beno langsung teriak2 sambil menggeloso.

Hehehe, iya juga yah kenapa aku kudu keder segala buat mimpin 25 orang pengikut entah mitra suksesku. Namun klo mengingat lokasi yang masih jauh dari bursa informasi itu tentunya akan sulit bagiku buat menyambangi teman2 Internet. Namanya aja lutung kasarung mana ada sih yang kenal sama Internet? Gak suudhan sih, namun hatiku sangat berharap kami bisa beroleh fasilitas sambungan ke Satelit Komunikasi seperti di bukit Bluwek tempo hari sebelum kesamber petir. Klo tidak, huh gak kebayangkan deh klo di Nyalindung itu bakal ada warung Internet segala. Kumaha atuh neng As3?

Mantapnya sih seharusnya sesuai dengan dambaanku neng As3 bisa mendampingiku diumana saja berada. Mau di leuweung geledegan, mau di desa, mau di perkebunan, mau di kota, mau di rumah bedeng, mau di rumah panggung, mau di rumah apung daerah aliran sungai. Asal jangan di rumah keong aja. Tapi yaaaaahhhh itu kan cuma pengharapanku doang. Mana ada juga sih Purba Astri anak kota yang mau mendampingi lutung biarin yang make sarung juga. Entah klo lutungnya seliweran make BMW tuh.

No comments: