Monday, February 19, 2007

Masa aa dikira dokter.


Date: Sun, 18 Feb 2007 18:30:59 -0800 (PST)
From: "Fahmi Utun"
Add to Address Book Add Mobile Alert
Subject: Masa aa dikira dokter.
To: astrid.rahayu

Assalamualaikum, wilujeng enjing neng as3.
Sewaktu Jkt dilanda banjir, dekat2 kawasan Nyalindung ada juga yang ketiban longsor. Ceriteranya aa memimpin 20 personil buat bantu2 dilokasi musibah. Selain berbekal peralatan teknis olah tanah, kami juga berbekal 250 nasi bungkus. Meskipun menimpa beberapa rumah, untungnya gak ada korban jiwa. Hebat para warga Nyalindung ternyata VUTG juga. Buat jaga2 dari cuaca dingin, personil dibekali jas hujan karet warna hijau. Sementara aa mengenakan yang warna putih. Bukannya mo bedain komandan sama personil. Tapi kebetulan aja jas hujan itu peninggalan anak sekolah yang mungkin saja keluarga Polantas. Masih jauh dari lokasi ternyata truk pengangkut gak bisa masuk karena ada sasak yang ikut hanyut. Lalu truk ditinggal sambil setiap personil dibekali beban muatan nyaris sama rata. Hari sudah siang ketika kami sampai ke satu rumah yang bebas musibah, yang tuan rumahnya menerima kami dengan senang. Seketika 20 nasi bungkus dibagikan kepada warga yang ada di sekitar rumah itu. Sekalian kami juga ikut makan siang. Selesai makan, ketika kami bersiap ke lokasi untuk membagikan 200 nasi bungkus, tampak seorang kakek datang menghampiri.
"Den tulungan abah den. Anak abah arek ngajuru."
(Tulungin abah, anak abah mo melahirkan.)
Teman2 segera saja pada cengengesan sama komandan. Wajah renta yang tampak berminyak itu segera aja menarik tangan aa sampai bungkusan nasi berjatuhan.
"Hayu aden buruan, bisi kaburu borojol manten."
(Ayo cepetan, takut keburu keluar.)
Gak tega ngecewain harapannya, aa lalu minta tuan rumah buat mencarikan personil puskesmas. Tapi tuan rumah geleng2 kepala, seraya menyuruh anaknya memanggil mak beurang (dukun beranak).
"Mana ada puskesmas didaerah sini pak."
Tak lama mak beurang datang sambil menyusuti ludah sirih. Melihat itu abah tua itu berseru berang.
"Anak aing mah hayang ngajuru ku dokter deuleu."
(Anakku kepingin melahirkan oleh dokter tahu.)
Jelegurnya kepada tuan rumah dan mak beurang. Lantas wajahnya kembali memelas seraya menatapiku.
"Hapunten abah, abdi sanes dokter."
(Maaf abah. Saya bukan dokter.)
Seruku kepada yang hadir sambil membuka jas hujan.
"Ini mah jas hujan abah. Bukannya jas dokter."
Kata aa dengan takzim, sambil meliriki gagang goloknya. Gak jawara sih, tapi takut kalap aja. Makanya neng as3 jangan suka nyirih ya, ntar disangka mak beurang juga tuh.

No comments: