Thursday, April 19, 2007

Divina Immaculata???.


Honda Bebek Pak Ustad

Di sebuah perkampungan yang padat dan relatif kumuh di sebuah kota
metropolitan Indonesia, hiduplah bertetangga seorang pendeta dengan
seorang ustad. Sedemikian baiknya hubungan mereka, sehingga apapun
yang dimiliki oleh yang satu pasti akan dibaginya kepada yang lain.

Begitulah, suatu hari Pak Pendeta mendadak mendapat tugas untuk
melayani penguburan seorang anggota jemaatnya. Karena tempat yang
hendak dituju relatif jauh dan tidak terjangkau oleh angkutan umum,
maka Pak Pendeta datang menjumpai Pak Ustad untuk meminjam sepeda
motornya.

"Pak Ustad, bolehkah saya meminjam honda bebeknya barang satu-dua
jam?" tanya Pak Pendeta.

"Oh, silakan, slakan, Pak Pendeta...." kata Pak Ustad dengan ramahnya
sambil memberikan kunci kontak sepeda motor yang dimaksud. Dan
pergilah Pak Pendeta membawa sepeda motor itu ke tempat tugasnya.

Dua jam kemudian, Pak Pendeta pun telah kembali. Ketika itu musim
penghujan, karena itu sepeda motor yang tadinya bersih kini telah
berlepotan lumpur.

Dalam semangat hidup bertetangga yang baik, maka Pak Pendeta berniat
untuk lebih dahulu membersihkan sepeda motor itu sebelum dikembalikan
ke pemiliknya.

Sebagaimana layaknya kehidupan di perkampungan kumuh, maka air adalah
barang yang sangat langka. Karena itu, untuk menghemat air, Pak
Pendeta hanya memercik-mercikkan air di seantero sepeda motor itu dan
mengelapnya. Cilakanya, tingkah-laku Pak Pendeta terlihat oleh Pak
Ustad.

"Astaga! Sudah dibaptisnya pula honda bebekku menjadi satu agama
dengan dia..." gerutu Pak Ustad di dalam hati.

Sementara itu, selesai membersihkan, Pak Pendeta pun mendorong sepeda
motor itu ke rumah Pak Ustad. "Ini hondanya...Terimakasih ya, Pak
Ustad?!"

"Hmm, hmm... Letakkan sajalah di situ, Pak Pendeta," kata Pak Ustad
dengan nada dingin. Ia menjadi begitu kecewa dan tidak berani lagi
menyentuh sepeda motornya.

"Aduh, apakah yang harus saya lakukan sekarang?" pikir Pak Ustad
dengan masygulnya. "Tadi pagi motor ini masih satu agama dengan saya,
tapi kini di tangan Si Pendeta brengsek itu ia telah berubah
agama..." Pak Ustad berpikir keras untuk kembali "memenangkan" honda
bebeknya.

"Oh, ada akal" Tiba-tiba Pak Ustad mendapat sebuah gagasan yang
cemerlang. Ia pergi ke gudang, mencari peti tempat menyimpan alat-
alat bertukang dan mengambil sebuah gergaji besi.

Mulailah Pak Ustad berjongkok di belakang sepeda motor itu.
Srek..srek..srek...Ia menggergaji ujung knalpot "honda bebek"
tersebut. Tak lama kemudian, tentu saja, putuslah ujung knalpot
tersebut. Pak Ustad tersenyum lebar. "Nah, kini honda bebek saya
sudah kembali menjadi satu agama dengan saya..." [.]

No comments: